Air Mata Itu Mengalir Di Pipi Umar Bin Khatab

Seperti biasanya Amirul Mukminin Umar bin Khottob RA berjalan memgelilingi kota madinah. Kali ini Umar di temani salah seorang sahabatnya, Ma'la bin Al jarud. Tiba-tiba saja mereka berpapasan dengan seorang wanita tua. Wanita itu kemudian berdiri didepa mereka."Wahai Umar" ujarnya." dahulu kami mengenalmu sebagai Umair( singa kecil), lalu menjadi Umar dan kemudian menjadi Amirul Mukminin."perhatikanlah keadaan manusia di sekitarmu, siapa yang takut pada Allah maka perjalanan hidup yang jauh akan terasa dekat dan orang yang takut pada kematian ia akan khawatir bila kesempatan hidupnya telah lewat .
Umar sosok sahabat yang terkenal dengan kegagahan dan keberaniannya itu mendadak menangis sepertinya hatinya tertoreh dengan luka lama, air matanya lalu membentuk seperti anak sungai di pipinya, seolah ia dihadapkan pada sebuah peristiwa yang memilukan. Ibnu al Jarud terkejut melihat adegan Umar secengeng itu belum pernah ia melihat Umar takluk pada seseorang seganas apapun orang yang ia hadapi, namun kali ini ia tunduk mendengar perkataan seorang wanita tua. Al Jarud segera meminta wanita tua itu untuk berhenti berbicara keras pada Amirul Mukminin" tapi belum apa-apa Umar menyergahnya dan mengatakan " biarkan dia wahai al Jarud " Tahukah engkau siapa dia? Dia ini adalah Khaulah binti Hakim wanita yang di dengar perkataannya oleh rasulullah karena itu Umar lebih berhak mengikuti perkataanya. Bahkan pernikahan rasulullahpun dengan Saudah binti Zum'ah dan Aisyah binti Abu Bakar pun atas usulannya.

Pilu terbingkai serta buliran air mata yang membasahi pipi Umar, sesungguhnya bukanlah gambaran kepribadian pengecut, akan tetapi itu adalah gambaran jiwa seorang kesatria yang penuh dengan Kharisma, dimana kesatria itu luluh disaat nama Allah itu di kaitkan dengan kepeminpinannya. Seorang sahabat yang begitu gagah dan pemberani, ternyata bisa tertunduk layu di hadapan seorang yang tua renta yaitu Khaulah binti Hakim hanya dengan teguran takut kepada Allah Swt.
Sikap sejati ini mungkin sudah tidak di ketemukan lagi di zaman ini, melainkan ia ibarat sketsa buram yang tidak akan di tilik ulang lagi oleh para peminpin ummat, bahkan yang kita anggap sebagai ulama promotor ummat kegaris depan ternyata kebanyakan topeng dan tidak bisa memelihara amanah dari Allah Swt, berawal dari karir dakwah dan menjual ayat2 Al Quran hanya untuk satu tujuan yaitu untuk menadapatkan material semata, sehingga ummat jadi boomerang dan tidak tau lagi akan arti peminpin yang bijaksana. Dan mungkin keadaan pada saat ini bukan lagi seperti ungkapan pepatah "Habis gelap terbitlah terang" tapi "Habis gelap terbitlah gelap" dan tiada lagi kata-kata berakit-rakit kehulu berenang ketepian akan tetapi bersakit-sakit dahulu malah mati kemudian,
Semoga kita di berikan petunjuk dan bisa merobah keadaan ummat yang bukan hanya mengandalkan do'a dan tafakkur di mesjid saja, akan tetapi bisa merealisasikannya dengan jasa nyata yang berawal dari gumpalan daging kecil yaitu hati. amin ya mujibassailin