Kasih Sayang Dalam Sudut Pandang Islam

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.(Q.S 19 Maryam: 96)

Dalam ayat 96 surah Maryam tersebut dengan jelas bahwa Allah lah yang menanamkan rasa kasih sayang kedalam dada (hati) orang-orang yang beriman dan ber’amal shaleh. Pada ayat lain di surah Thaha ayat 39 menyiratkan bahwa ‘peran’ Allah dalam mendatangkan (menamkan) kasih sayang kedalam dada manusia.
Mengapa Allah berperan sekali dalam menumbuhkan atau mendatangkan rasa kasih sayang pada manusia? Karena Allah lah yang mempunyai kemuliaan nama-nama dan sifat-sifat baik (Asmaul Husna) dari Allah dengan sebutan ‘Ar-Rahmaan’ dan ‘Ar-Rahiim’, sementara kita manusia hanya diberikan oleh Allah sebagian sifat kemuliaan tersebut berbagi-bagi dengan seluruh makhluk yang ada di alam ini, baik malaikat, manusia, jin, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Namun, kasih sayang Allah kepada hamba-Nya selalu melebihi kasih sayang yang ada pada sesama makhluk.

Ajaran Islam tentang kasih sayang telah lama di kumandangkan dengan sempurna dan indah. Namun, kebanyakan dari manusia tidak menyadari apa arti sesungguhnya dari kasih sayang itu sendiri, sehingga dapat terhenti dan menyimpang dari aturan-aturan yang telah di firmankan oleh Allah SWT dan sabda-sabda Rasul-Nya. Sayang sekali banyak manusia hanya memaknai rasa kasih sayang dalam pengertian sempit dan picik. Bahkan ada diantara manusia sekarang ini yang memaknai rasa ‘kasih sayang’ seolah-olah hanya ada pada bulan Februari tanggal 14, yang sering dikenal dengan ‘Valentine’s Day’ (Hari Valentin/berkasih-sayang). Pada hari ‘valentin’ itulah mereka mengekspresikan rasa kasih sayang mereka (terutama pasangan lawan jenis) dengan cara-cara yang sungguh sangat bertentangan dari sudut pandang Islam. Tidak sedikit dari generasi umat Islam saat ini yang tergelincir dalam budaya selebriti – yaitu ikut-ikutan kepada mode, trend dan gaya hidup yang terinspirasi oleh budaya hedonisme, yang berasal dari ‘Barat’, dengan prinsip mengahalkan berbagai cara, meskipun haram, berdosa, dan tidak pernah disyari’atkan oleh agama kita. Tidak heran kalau budaya valentine ini akan selalu digemari oleh generasi muda yang memang senang dengan gaya hidup bebas, pergaulan bebas, bahkan hubungan seks bebas yang sudah melanda sebagian generasi muda – yang konotasinya – Muslim. Mengapa kondisi ini terjadi? Jawabannya adalah karena lemahnya landasan iman dan kefahaman umat akan prinsip-prinsip pergaulan, kasih sayang dan hubungan kemanusiaan (hablum minannaas) secara Islami.
Dalam hal kasih sayang, dengan jelas, bahwa kasih sayang yang tumbuh dengan benar datang dari Allah. Maka kasih sayang sejati adalah kasih sayang yang sesuai dengan tuntunan Allah. Kasih sayang yang sejati tidak akan muncul kecuali yang didasari oleh iman dan amal shaleh – sebagaimana diterangkan pada ayat diatas. Mengapa iman menjadi titik tolak sebab akan didatangkannya kasih sayang dari Allah? Tentu karena kasih sayang yang muncul dari Allah sajalah yang akan kekal, erat pertautannya tanpa ada yang mampu memisahkannya. Kasih sayang muncul dari buah iman dan amal shaleh akan menunjukkan kekuatan luar biasa, sebagaimana hubungan kasih sayang yang diperlihatkan dalam sirah para sahabat Al-Muhajirin dan Anshar. Kasih sayang itu memunculkan repleksi kasih seseorang dari dirinya kepada orang lain yang dikasihinya. Sehingga Rasulullah saw pernah bersabda: “Orang Mukmin itu mengasihi saudaranya seperti ia mengasihani dirinya sendiri”. Kasih sayang seperti inilah yang terepleksi dari sahabat anshar, sampai-sampai, seandainya ada yang mau, mereka rela berbagi isteri (menceraikan salah satu isterinya untuk dinikahkan kepada saudara para muhajirin yang datang dari jauh tanpa bekal tanpa isteri). Itulah energy kasih sayang rabbani. Wallahu a’lam. [Wasi’an Syafiuddin]